Sabtu, 23 Maret 2024

Rekoleksi

            Mengapa perlu rekoleksi? Mungkin itu salah satu pertanyaan awal yang muncul dalam benak kita ketika mendengar akan ada kegiatan rekoleksi. Apalagi rekoleksi untuk guru dan karyawan. Apakah perlu? Sudah terlalu banyak pekerjaan dan kesibukan yang dikerjakan setiap hari. Soal perlu atau tidaknya, masing-masing pribadi bisa menjawab. Namun bila kita lihat dari tujuan dan maknanya, rekoleksi jelas diperlukan bagi siapa pun, untuk memberi jeda sejenak sekaligus memberi makna pada hidup dan pekerjaan kita yang cukup padat, dalam konteks ini pekerjaan sebagai guru dan karyawan SMP Katolik Widyatama Batu. Tidak dapat dipungkiri banyak pengalaman hidup dalam pekerjaan kita yang berjalan dan berlalu begitu saja secara rutin dan berulang, namun luput dari evaluasi dan pemaknaan. Bukan hanya soal suka dan gembira yang perlu dimaknai, melainkan juga duka dan kesedihan perlu dimaknai. Rekoleksi bermaksud untuk mengangkat pengalaman-pengalaman manusiawi kita yang tampaknya biasa-biasa saja kepada level pengalaman Rohani yang memiliki muatan makna yang luar biasa bagi perkembangan dan kedewasaan hidup kita. Kita ingin belajar dari pengalaman-pengalaman hidup kita yang sudah berlalu. Tujuan itulah yang diharapkan dapat dicapai dari kegiatan rekoleksi bagi para guru dan karyawan SMP Katolik Widyatama yang diadakan pada Sabtu, 23 Maret 2024.

            Rekoleksi kali ini diadakan di Villa Fransiskus Xaverius Jl. Bukit Berbunga 38, Batu. Rekoleksi ini bisa terselenggara berkat kerjasama yang luar biasa para guru dan karyawan, serta kebaikan hati dari berbagai pihak yang dengan ikhlas hati membantu. Rekoleksi kali ini dibimbing oleh Rm. F.X. Agis Triatmo, O.Carm, dengan tema DIPANGGIL MENJADI PRIBADI YANG MENCINTAI.

Cinta sebagai Landasan dalam Bekerja.

            Sebagai guru dan karyawan, ada banyak suka dan duka yang kita jumpai. Banyak hal yang terjadi tidak sesuai dengan harapan kita. Oleh karena itu, perlu sekali bagi guru dan karyawan untuk menyadari betul nilai mulia pekerjaannya, sehingga ia mampu mencintai pekerjaannya. Cinta memungkinkan seorang guru dan karyawan untuk melihat pekerjaannya bukan hanya sebatas profesi, melainkan juga sebagai panggilan hidup yang dianugerahkan Tuhan.

            Cinta juga yang membuat seseorang menjadi kreatif untuk menemukan cara atau metode baru dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga semakin lebih maju dan berkembang. Kemampuan seorang guru dan karyawan dalam menghayati pekerjaan sebagai panggilan yang dianugerahkan Tuhan, mendorongnya untuk fokus pada kebaikan dan perkembangan siswa-siswi yang didampinginya. Ia akan tetap berjuang dengan gigih dan kreatif walaupun ada banyak tantangan dan kesulitan. Siswa-siswi dipandang dan diperlakukan sebagai subjek sentral, sehingga mereka sungguh-sungguh dapat bertumbuh dalam pengetahuan yang baik dan karakter yang unggul. Benarlah pepatah yang berbunyi: Amor Vincit Omnia, Cinta Mengalahkan Segala.

            Dalam konteks hidup Rohani, Rm. Agis mengajak kita untuk belajar dari Sang Guru Sejati kita, yakni Yesus. Dalam Injil Lukas, 5:4-11, Yesus memotivasi para muridnya untuk berani mengambil resiko dan keluar dari zona nyaman mereka, apabila mereka ingin memperoleh hasil yang maksimal dari pekerjaan mereka. Ia meminta para murid untuk berani “bertolak ke tempat yang lebih dalam”. Pada akhirnya, ketika para murid mengikuti motivasi Sang Guru, mereka mendapatkan hasil yang berlimpah-limpah. Atas ketaatan itu, Yesus pun menobatkan Petrus bukan lagi sebagai penjala ikan, tetapi sebagai penjala manusia. Sebuah tugas yang tidak ringan bagi Petrus, tetapi juga merupakan tugas mulia dan sekaligus sebagai panggilan hidupnya yang baru.

 

Cinta sebagai Landasan Mewujudkan L.U.T

            SMP Katolik Widyatama memiliki visi yang sangat indah, yang dirumuskan dalam L.U.T. Ap aitu?

LUHUR DALAM PRIBADI

UNGGUL DALAM PRESTASI

TERUJI DALAM KOMPETISI

 

SMP Katolik Widyatama Batu memiliki komitmen yang tinggi dalam mendidik siswa-siswi yang luhur dalam kepribadian, unggul dalam prestasi, dan teruji dalam kompetisi. Tiga komponen ini harus juga menjadi kesadaran para guru dan karyawan dalam menjalankan pekerjaan mereka. Hanya dengan cinta yang besar para guru dan karyawan mampu mendidik siswa-siswi untuk mencapai tiga komponen yang menjadi visi sekolah di atas.

            Untuk mampu mendidik siswa-siswi mencapai visi di atas, para guru dan karyawan tidak mungkin hanya berhenti pada tahap mentransfer ilmu semata, tetapi harus sampai pada kemauan dan kemampuan dalam memahami situasi dan kondisi para murid dengan segala keunikannya. Fokusnya bukan hanya pada kemampuan akademik, tetapi juga pada pertumbuhan kepribadian, karakter yang unggul, serta penghayatan moral dan etika yang nyata. Pada akhirnya, bukan hanya siswa yang dituntut mampu menghayati visi sekolah tersebut, tetapi juga lebih-lebih para guru dan karyawan. Guru dan karyawan hendaknya menjadi aktor utama dalam memberi contoh penghayatannya secara nyata.

 

Bertumbuh dalam Kebersamaan.

            Pada akhirnya, cinta yang tulus membuat seseorang dapat bertumbuh dalam kebersamaan. Kebersamaan dalam arti ini lebih dari hanya sekedar terlihat ada bersama-sama. Kebersamaan yang dimaksud adalah adanya rasa satu hati, rasa percaya satu sama lain, dan kesatuan jiwa yang mengikat setiap guru dan karyawan sebagai keluarga besar SMP Katolik Widyatama.

            Semangat ini mengandaikan adanya sikap kerendahan hati dari setiap pribadi. Sikap egois dan individualis tidak mendapatkan tempatnya dalam semangat kebersamaan semacam ini. Dalam semangat ini, tidak satu anggota pun yang boleh melaksanakan hanya keinginan pribadi semata, meninggalkan tugas dan tanggung jawabnya sesuka hati, tidak mau ikut terlibat dalam tugas-tugas bersama, anti kritik dan tidak mau menerima masukan, dan sebagainya. Kebersamaan yang ingin dikembangkan adalah kebersamaan yang saling menumbuhkan, saling mendukung, saling menguatkan, dan saling menjaga, bukan sebaliknya saling menjatuhkan dan mengabaikan sesama demi ambisi pribadi.