SMPK Widyatama Batu Gelar Sosialisasi Hukum untuk Siswa

SMPK Widyatama Batu mengadakan sosialisasi hukum bagi para siswa guna meningkatkan pemahaman mereka tentang hukum dan bagaimana melindungi diri dari tindakan berisiko. Acara ini menghadirkan berbagai narasumber dari kejaksaan, psikolog, serta praktisi hukum untuk memberikan wawasan yang lebih luas kepada para siswa. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 26-02-2025.

Pentingnya Pemahaman Hukum Sejak Dini

Guru Agama SMPK Widya Tama Batu, Bapak Roberus Moses, menyampaikan harapannya agar setelah acara ini, para siswa semakin memahami bidang hukum, terutama dalam melindungi diri dari tindakan-tindakan yang berisiko. Menurutnya, pemahaman ini tidak hanya penting di lingkungan sekolah tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan masyarakat. Dengan kesadaran hukum yang lebih baik, diharapkan siswa dapat menghindari tindakan yang merugikan masyarakat luas.

Selain itu, Pak Roberus juga menegaskan bahwa pihak sekolah akan terus melakukan sosialisasi secara berkelanjutan. “Kami tidak akan bosan-bosannya terus mensosialisasikan dampak dari tindakan yang kurang baik dan berisiko bagi siswa serta orang-orang di sekitarnya. Sosialisasi ini akan dilakukan dengan pemasangan poster dan materi edukasi di lingkungan sekolah agar siswa selalu diingatkan pentingnya menjaga sikap dan perilaku yang baik,” ungkapnya.

Peran Hukum dalam Kehidupan Siswa

Jaksa dari Kejaksaan Negeri Batu, Iwildan Hakim, yang turut hadir dalam acara ini, menjelaskan bagaimana hukum berperan dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun masyarakat. Menurutnya, elemen-elemen di sekolah, seperti guru, tenaga pengajar, dan siswa, harus lebih memahami hukum agar mereka mengetahui tindakan yang dilarang serta yang harus diterapkan dalam kehidupan. “Maka harus dikenalkan terlebih dahulu terkait apa itu hukum dan akibatnya seperti apa. Jadi kenali hukum dulu, lalu ketahui akibatnya, maka akan menghindari yang namanya hukuman,” jelasnya.

Iwildan Hakim juga menekankan bahwa generasi muda adalah penerus bangsa yang harus dipersiapkan dengan baik agar dapat membawa negara ke arah yang lebih baik. “Maka dari itu perlu adanya pembinaan hukum serta pemahaman terkait perilaku yang seharusnya diterapkan,” tambahnya.

Setelah menyampaikan materi, Iwildan Hakim mengungkapkan kesannya terhadap para siswa SMPK Widya Tama Batu. “Saya melihat para siswa sangat bersemangat dan mampu menyerap apa yang telah disampaikan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan juga sangat akademis, menunjukkan bahwa mereka benar-benar memperhatikan materi yang diberikan,” ujarnya.

Dukungan dari Pihak Sekolah

Kepala Sekolah SMPK Widya Tama Batu, F.X. Suprih Utami, S.Pd., yang juga hadir dalam acara ini, menyampaikan bahwa kegiatan ini diselenggarakan oleh bagian hukum Sekretariat Daerah Kota Batu, yang dipimpin oleh Ibu Roro Maria Ino. Ia berharap bahwa para siswa tidak hanya memahami hukum tetapi juga mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

“Tentu saja dengan penjelasan yang telah diberikan, kami ingin anak-anak dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka harus berani melaporkan masalah kepada pihak yang berwenang. Di sekolah, misalnya, ada bagian tata tertib yang mengurus pelanggaran,” jelasnya.

Selain itu, Kepala Sekolah juga merasa senang dengan antusiasme yang ditunjukkan oleh para siswa selama acara berlangsung. “Kami sangat senang karena anak-anak memperhatikan dan ingin tahu lebih dalam bagaimana menerapkan hukum dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya.

Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan siswa SMPK Widya Tama Batu semakin memahami pentingnya hukum dan dapat menerapkannya dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.

Smp swasta batu : SMP Katolik Widyatama Rayakan Tahun Baru Imlek 2025 dengan Semangat Toleransi

Malang, 14 Februari 2025 – Suasana penuh kebahagiaan menyelimuti SMP Katolik Widyatama saat seluruh warga sekolah berkumpul untuk merayakan Tahun Baru Imlek 2025. Perayaan yang berlangsung meriah ini menjadi bukti nyata bahwa keberagaman adalah kekayaan dan toleransi adalah kekuatan bagi sekolah ini.

Acara dibuka dengan penuh rasa syukur, diawali dengan ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta apresiasi kepada berbagai pihak yang telah mendukung jalannya perayaan ini. Penghargaan khusus diberikan kepada Tim Kesiswaan, Pengurus OSIS Tahun Ajaran 2024/2025, serta Panitia Imlek 2025 yang diketuai oleh Archi dari kelas 8B. Tidak lupa, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak dan Ibu guru, karyawan sekolah, serta orang tua/wali peserta didik yang telah memberikan dukungan, baik dalam bentuk sumbangan Barongsai, konsumsi, maupun bantuan lainnya.

Makna Perayaan Imlek

Tahun Baru Imlek bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga momen refleksi yang mengajarkan nilai-nilai harapan, kebersamaan, dan semangat baru. Dalam kalender Tionghoa, setiap tahun memiliki karakteristiknya sendiri. Tahun ini, seluruh warga SMP Katolik Widyatama diajak untuk menyambut tantangan dengan keberanian dan tekad yang kuat. Seperti pepatah Tionghoa yang mengatakan, “Keberuntungan berpihak pada mereka yang bekerja keras,” perayaan ini diharapkan menjadi momentum bagi para siswa untuk belajar lebih giat, berbuat lebih baik, dan meraih prestasi yang lebih tinggi.

Lebih dari itu, Imlek juga mengajarkan tentang pentingnya menjaga kebersamaan dan menghormati sesama. Melalui perayaan ini, nilai-nilai kebersamaan semakin diperkokoh dalam lingkungan sekolah.

Wujud Toleransi dalam Keberagaman

SMP Katolik Widyatama memiliki motto:

Diversity is our asset

Tolerance is our strength

Keberagaman adalah Kekayaan Kita, Toleransi adalah Kekuatan Kita

Perayaan Imlek 2025 menjadi bukti bahwa semangat toleransi terus tumbuh dan berkembang di sekolah ini. Di tengah keberagaman, seluruh siswa dan guru bersatu dalam kegembiraan, menjadikan perayaan ini sebagai pengingat untuk selalu menjaga dan merawat nilai-nilai toleransi. Sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, SMP Katolik Widyatama terus berkomitmen untuk menanamkan sikap saling menghargai dan menghormati dalam kehidupan sehari-hari.

Kepala SMP Katolik Widyatama Batu, Ibu F.X Suprih Utami, S.Pd., dalam sambutannya menyampaikan, “Tahun Baru Imlek bukan sekadar perayaan, tetapi juga momen bagi kita semua untuk merenungkan nilai-nilai kebersamaan dan kerja keras. Di SMP Katolik Widyatama, kami selalu menanamkan pentingnya saling menghargai dan mendukung satu sama lain, karena dengan kebersamaan, kita dapat mencapai hal-hal luar biasa.”

Dengan semangat toleransi dan kebersamaan, anak-anak hebat dari SMP Katolik Widyatama mengirimkan salam hangat untuk Indonesia: “Salam toleransi untuk Indonesia yang lebih bersatu dan harmonis!”

GELAR KARYA PROYEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA atau P5 SMP KATOLIK WIDYATAMA BATU

Pendidikan Karakter telah menjadi semangat atau roh yang selalu digaungkan dalam dunia Pendidikan akhir-akhir ini. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan penekanan bahwa pendidikan bukan hanya soal proses transfer ilmu dari guru kepada peserta didik, melainkan juga proses pembentukan pribadi peserta didik secara utuh, baik pengetahuan maupun karakternya. Pendidikan karakter merupakan pola pendidikan yang lebih menyasar pada pembangunan dan pembentukan karakter peserta didik, dengan lebih menekankan penerapan nilai-nilai moral dan etika dalam sosial masyarakat.

Namun demikian, penerapan pendidikan karakter tidaklah semudah yang sering dibayangkan dan dibicarakan. Seringkali ada kebingungan bagaimana persisnya nilai-nilai yang menjadi konten dari pendidikan karakter bisa di terapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Kesulitan lain yang mungkin akan dijumpai ketika ingin menerapkan pola pendidikan karakter adalah terbatasnya tempat dan sarana, mengingat pola pendidikan karakter yang sangat menekankan daya eksplorasi dan kreativitas yang tinggi dalam menggali dan memunculkan potensi terbaik dari setiap peserta didik. Untuk menjembetani kerancuan dan kebingungan seperti hal-hal tersebut, maka Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dapat dikatakan sebagai jawaban jitu bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter dapat dilaksanakan.

 

Gelar Karya Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Pada Kamis, 10 Oktober 2024, SMP Katolik Widyatama menyelenggarakan kegiatan Gelar Karya P5 Tema 1: Bhinneka Tunggal Ika, dengan Topik: Inovasi dalam Kreasi Tari Daerah sebagai Upaya Melestarikan Budaya Nusantara. Gelar Karya ini merupakan puncak dari kegiatan P5 yang telah dimulai sejak bulan Agustus sampai Oktober. Kegiatan P5 mengambil satu pekan penuh dalam masing-masing bulan tersebut. Selama jadwal kegiatan P5, peserta didik SMP Katolik Widyatama mulai dari kelas 7 sampai kelas 9 diberikan materi-materi untuk meningkatkan pengetahuan mereka akan kekayaan dan nilai-nilai filosofis salah satu budaya nusantara, yakni tarian daerah. Setelah mendapatkan materi untuk meningkatkan pengetahuan, peserta didik diajak untuk mendalami secara spesifik tarian daerah dari beberapa daerah tertentu. Beberapa tarian daerah yang dipilih adalah tarian daerah Bali, Papua, Aceh, Jawa Barat, Sumatra Utara, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Madura, Kalimantan, dan Nusa Tenggara Timur. Tarian-tarian daerah ini diperdalam oleh peserta didik dalam masing-masing kelas. Mereka bukan hanya mencari dan mengetahui informasi seputar tarian daerah tersebut, tetapi juga mendapatkan tugas untuk membuat dan menciptakan inovasi dan kreasi, dengan tetap berpedoman pada gerakan serta makna filosofis tarian daerah tersebut.

Kegiatan ini tidak hanya bertujuan memberikan tambahan pengetahuan dan kemampuan ketrampilan yang baik dalam diri peserta didik, tetapi juga menjadi momen yang tepat untuk memberikan penyadaran bahwa budaya lokal atau budaya nusantara harus terus dicintai dan dilestarikan. Dengan cara mendalami dan mempraktikkan beberapa tarian daerah tertentu, para peserta didik telah menunjukkan salah satu cara yang dapat mereka tempuh dalam merawat dan melestarikan budaya nusantara.

P5 sebagai Sarana Pembiasaan Pendidikan Karakter.

Proyek Penguatan Proofil Pelajar Pancasila (P5) bukanlah sekedar kegiatan tambahan atau kegiatan yang diada-adakan, sehingga terkesan tidak penting dan disamakan begitu saja dengan jam kosong (tidak adanya proses pembelajaran). Bukan itu! Kegiatan P5 memiliki kedudukan yang amat sangat penting dalam lembaga-lembaga pendidikan, karena ia merupakan sarana yang sangat diperlukan dalam upaya pembiasaan nilai-nilai norma dan etika yang menjadi muatan dari Pendidikan Karakter.

Gelar karya yang dilangsungkan SMP Katolik Widyatama ini bukan hanya kegiatan panen atas hasil karya yang berfokus pada sisi hiburannya semata, melainkan juga selebrasi dan apresiasi terhadap segenap upaya dan kerja keras peserta didik dan para guru dalam mempersiapkan kegiatan ini, sehingga semuanya dapat terlaksana sebagaimana yang telah direncanakan. Di atas semua itu, ini adalah selebrasi dan apresiasi atas peserta didik yang telah dengan baik dapat memahami dan mempraktikkan nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai-nilai Pendidikan karakter yang dimaksud tersebut tercantum dalam dimensi-dimensi P5 yang menjadi fokus dari kegiatan P5 tema Berkebhinnekaan Global ini. Dimensi-dimensi yang yang menjadi fokus tersebut, yakni:

  1. Kreatif

Dimensi kreatif pada Profil Pelajar Pancasila mengacu pada kemampuan siswa dalam memberikan gagasan, menciptakan karya, serta mampu memecahkan masalah. Guru dapat mendukung kreativitas siswa dalam bentuk penyaluran minat, bakat, dan keterampilan lewat tugas praktik

  1. Berkebhinnekaan Global.

Dimensi ini menggambarkan pelajar yang memiliki kesadaran dan rasa saling menghargai terhadap keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia maupun budaya dunia. Pelajar Pancasila yang berkebinekaan global diharapkan mampu mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.

  1. Gotong Royong.

Gotong royong merupakan bentuk kerjasama dan saling membantu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan tujuan bersama. Pelajar Pancasila yang bergotong royong adalah pelajar yang memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain secara sukarela untuk mencapai tujuan bersama. Pelajar ini juga memiliki sikap peduli dan berbagi dengan orang lain.

  1. Mandiri.

Dimensi mandiri mengajarkan peserta didik untuk menjadi pelajar yang mandiri, bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri menjadi elemen kunci dalam dimensi ini.

Inilah beberapa dimensi yang menjadi fokus dalam kegiatan Gelar Karya Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila kali ini. Dengan tercapainya dimensi-dimensi ini dalam proses hingga pelaksanaannya, maka nilai-nilai yang dimaksudkan dalam pendidikan karakter juga telah dipahami dan dipraktikkan, walaupun belum menyeluruh dan sempurna.

SMP Katolik sebagai “Tandon” Produksi Pendidikan Karakter.

SMP Katolik Widyatama sebagai “miniatur” Indonesia, yang memiliki komposisi peserta didik dan tenaga pendidik dari berbagai latar belakang budaya, memiliki komitmen yang tinggi dan tidak pernah berubah pendirian untuk memberikan pola pendidikan yang menyeluruh dan utuh bagi peserta didiknya. Pola pendidikan yang menyeluruh dan utuh tersebut diuraikan dalam bentuk pola pendidikan yang tidak hanya menekankan pertumbuhan dan kemajuan dalam bidang akademis, tetapi juga menerapkan pola Pendidikan yang menyasar pertumbuhan dan kemajuan dalam bidang karakter positif, yakni pembiasaan nilai-nilai norma dan etika sosial masyarakat secara nyata.

Oleh karena itu, SMP Katolik Widyatama ini bukan hanya lembaga pendidikan yang hanya sekedar ada di antara puluhan lembaga pendidikan setingkat lainnya di Kota Batu. Lebih dari itu, SMP Katolik Widyatama selalu berupaya meningkatkan kualitasnya, sehingga secara konsisten mampu menjadi tandon produksi pendidikan karakter, yang darinya mengalir kesegaran sekaligus kearifan bagaimana nilai-nilai norma dan etika dihayati secara nyata. Semangat itu terungkap dalam visi Sekolah: LUHUR dalam Pribadi, UNGGUL dalam Prestasi, TERUJI dalam Kompetisi. Ketiga hal ini dihayati dan diterapkan secara seimbang. Karena itu, setiap peserta didik dengan tanpa ragu menyebut dirinya sebagai generasi MANTAP YES: Mandiri, Terampil, Kreatif, Percaya Diri, Yakin Esok Sukses!

KARTINI DALAM SEBUAH REFLEKSI

Memperingati Kartini setiap tanggal 21 April selalu menjadi momentum yang sangat penting bagi perempuan di Indonesia. Begitu banyak kenangan, pesan, dan nilai-nilai yang bisa diangkat dari peringatan tersebut. Bahkan secara ekstrem lembaga atau organisasi mengekpresikan kenangannya terhadap sosok Kartini melalui kostum yang diwajibpakaikan oleh kaum perempuan. Hal itu sepertinya sah-sah saja. Namun, seyogjanya  kita tidak sekedar memperingatinya sebagai tokoh sejarah, tetapi kita perlu mencermati ide-ide yang diperjuangkannya dan merenungkannya apakah ide tersebut sudah tertuang dalam hidup nyata khususnya pada perempuan.

Sebagai perempuan, tentu kita akan terinspirasi dengan kehidupan  Kartini. Sosok perempuan yang memiliki pemikiran “radikal” terhadap kelemahan dan keterbatasan wanita akibat tradisi yang ada. Perempuan yang hidup dalam zaman Kartini adalah perempuan yang sangat dipengaruhi adat istiadat yang tidak membolehkan perempuan bersekolah, tidak boleh bekerja di luar rumah atau menduduki jabatan di dalam masyarakat, dan harus tunduk pada adat istiadat serta  tidak boleh memiliki kemauan untuk maju. Dalam kondisi tersebut Kartini berpikir bahwa wanita sebenarnya bisa melakukan banyak hal jika di beri pengajaran dan pendidikan. Hal tersebut terungkap dalam suratnya yang  tertulis dalam buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” karya Armijn (1990: 157)  “  “Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya : menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”.( Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902)

Apa yang menjadi angan-angan dan harapan Kartini untuk wanita Indonesia sepertinya sudah tercapai untuk saat ini. Wanita tidak lagi sebagai “konco wingking” tetapi, mulai bisa menunjukan kemampuan di segala lini kehidupan, baik  di bidang ekonomi, politik, dan profesi. Sehingga apa yang dicita-citakan Kartini tentang  emansipasi sudah banyak terwujud pada zaman sekarang. Hal itu seperti yang tertuang  dalam suratnya juga dalam buku “ Habis Gelap Terbitlah Terang” yang ditulis oleh Armijn, (1990:38) “Jika saja masih anak-anak ketika kata-kata ‘Emansipasi’ belum ada bunyinya, belum berarti lagi bagi pendengaran saya, karangan dan kitab-kitab tentang kebangunan kaum putri masih jauh dari angan-angan saja, tetapi dikala itu telah hidup didalam hati sanubari saya satu keinginan yang kian lama kian kuat, ialah keinginan akan bebas, merdeka, berdiri sendiri.” (Suratnya kepada Nona Zeehandelaar, 25 Mei 1899).

Pertanyaannya sekarang adalah apakah emansipasi yang digagas RA Kartini telah di “ejawantahkan” oleh perempuan zaman sekarang?  Di zaman modern ini, dengan banyaknya kesempatan, kemudahan, dan didukung canggihnya teknologi, masih linearkah perempuan masa sekarang dengan konsep perempuan seperti yang diinginkan Kartini? Tentu, jawabannya adalah kita bisa melihat fakta, bahwa perempuan zaman sekarang sudah banyak yang mampu menjawab kegelisahan Kartini terhadap perempuan pada zamannya.

Kondisi pandemi yang belum berakhir menjadi salah satu alasan untuk perempuan harus mampu melakukan banyak hal . Saat suami tidak bekerja karena korban PHK atau alasan lain, ketika anak harus belajar di rumah atau PJJ, dan tingkat kebutuhan ekonomi serta tuntutan sosial dan teknologi yang semakin meningkat, tanpa sadar  memaksa seorang perempuan harus banyak mengambil alih tugas dan tanggung jawab dalam keluarga serta kehidupan bermasyarakat. Pada kondisi inilah kemandirian perempuan menjadi relevan denga cita-cita kartini.

Realita lain lain adalah bagaimana kiprah perempuan sekarang ini justru lebih cepat adaptasinya dengan dunia teknologi. Semakin banyak yang eksis di dunia medsos. Bahkan perempuan lebih pro aktif menggunakan perangkat digital untuk berbagai kepentingan. Mulai bersosialisasi (sosialita) hingga menggunakannya untuk mendapat penghasilan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa perempuan lebih tertarik dengan apa yang bisa dilakukan dengan internet dibanding laki-laki (Budi Hermana, 2008). Kedekatan perempuan dengan perangkat digital ternyata mampu memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada perempuan untuk menunjukan eksistensi dirinya.

Keberadaan medsos telah menjadi sarana penting yang bisa mempermudah bagi perempuan menjalankan tugas-tugas barunya. Hal tersebut semakin  mampu mengantar perempuan menafsirkan emansipasi dalam kerangka pikir Kartini ke dalam kehidupan modern ini seperti yang diungkapkan juga dalam “Habis Gelap Terbitlah Terang” dari Armijn (1990: 166) “Kami beriktiar supaya kami teguh sungguh, sehingga kami sanggup diri sendiri. Menolong diri sendiri. Menolong diri sendiri itu kerap kali lebih sukar dari pada menolong orang lain. Dan siapa yang dapat menolong dirinya sendiri, akan dapat menolong orang lain dengan lebih sempurna pula.” (Suratnya kepada Nyonya Abendanon, 12 Desember 1902))

Namun demikian, segala alasan yang bisa digunakan perempuan untuk mengejawentakan kebebasan perempuan dalam kerangka “emansipasi” Jangan sampai  menjadi” kebablasan”. Emansipasi tidak sekedar berpusat pada kesetaraan antara hak laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam berbagai bidang, tetapi emansipasi di sini adalah bagaimana perempuan mampu maju dan berkembang sesuai tuntutan zaman tanpa kehilangan jati dirinya.

Ketika perannya sebagai istri tergantikan dengan aktivitast tiktok . Saat tugasnya sebagai ibu dialihkan dengan chat whashap, berselancar melalui ig atau facebook, dan media digital lainnya. Berbagai kegiatan medsos yang melebihi kapasitas sebagai istri dan ibu dilakukan dengan alasan mengembangkan diri dan agar tidak ketinggalan zaman, sementara itu, tugas dan kewajiban terabaikan. Hati-hati! Itu berarti kita belum mampu menerjemahkan ide Kartini tentang emansipasi dalam hidup perempuan kita, seperti keyakinannya dalam Armijn (1990: 157) “ kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya : menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”

Pada akhirnya, di tengah tantangan global,  perempuan harus mampu mempersiapkan diri untuk menjalankan peran gandanya. Perempuan harus mampu membangun keluarga, masyarakat, dan menghadirkan generasi bangsa serta mendistribusikan hak dan kewajiban secara seimbang di tengah-tengah lajunya teknologi. Semoga gagasan emansipasi Kartini mampu kita hadirkan dalam hidup secara tepat dan bijak. Tetap menjadi perempuan yang cerdas dan tangguh. Karena perempuan cerdas akan melahirkan generasi yang hebat dan dari perempuan yang berhikmat akan lahir generasi mandiri dan bertanggung jawab. Selamat memperingati hari Kartini.

 

Emansipasi tidak sekedar berpusat pada kesetaraan antara hak laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam berbagai bidang, tetapi emansipasi di sini adalah bagaimana perempuan mampu maju dan berkembang sesuai tuntutan zaman tanpa kehilangan jati dirinya